Tuesday, May 29, 2012

Comfort Zone


Semua orang punya zona nyamannya masing-masing. Dalam berpakaian, musik dan tempat tertentu misalnya. Saya sesungguhnya merasa nyaman dengan kaos dan wedges ketika ke kampus, kalau kata teman saya sih beha juga salah satu unsur pendukung kenyamanan. Saya setuju. *hidup behak*


Zona nyaman di fisipol (kampus saya) misalnya, dandan gembel, sendalan, kaos oblongan dan bahkan dosen kami juga berlaku sama. Zona nyaman di bagian komunikasi tentu saja beda dengan zona nyaman kampus FEB sebelah, dandanan rapih berkerah, sepatu tertutup yang kemudian ketika anak fisipol main kesana akan diusir -___


Zona nyaman disetiap tempat bahkan berubah-ubah...


Tapi ada satu tempat dan kondisi dimana zona nyaman itu benar-benar nyamaaan banget. Saya boleh bilang engga, zona paling nyaman didunia yaa ketika dipeluk kyaaa :3



Oke, kembali ke fokus...



Zona nyaman setiap orang tentu saja berbeda-beda, engga ada yang hakiki ketika kita ngomongin kenyamanan karena itu semua relatif.


Dari zona nyaman ini kemudian saya mikir seharian suntuk untuk sebuah insight kampanye yang saya dan tim sedang kerjakan. Pikiran saya terlalu sempit untuk kembali melihat ‘mau diapain sih kampanye ini’, 'gimana sih cara nyampeinnya' dll. Dari semua pendapat yang sudah kami diskusikan dan kami catat, ada satu kesamaan dari pemikiran kami masing-masing. Kami masih takut keluar dari zona nyaman kita, ambil tantangan dan be edgy.


Dalam iklan, mudah kita merumuskan ide yang memang telah ada disekitar kita aja. Yap, dari sudut pandang pribadi dan campuran pemikiran dari zona nyaman itu tadi. Ide akan jadi terasa sangat gampang banget deh.


***



Perspektif ide kita ya tentu saja atas pengaruh kesukaan kita masing-masing, misalnya saya suka berat sama sesuatu yang simple dan elegan, ya saya akan pakai warna hangat seperti cokelat, gold dan maroon dalam pembuatan iklan. Teman saya suka micin, ya pasti ada hal-hal berbau micin yang tersirat juga disana.


Padahal seharusnya, ide itu datang dari sesuatu yang tersirat atas kondisi tertentu. Ide itu memang ada disekitar kita kalau kita bisa lihat itu lebih jeli, jadi ide yang bagus yaa tentu saja ide yang bisa merangkul targetnya, semacam berangkat dari consumer insight.


Tapi jujur, saya lagi stuck banget untuk mikirin ide iklan cetak yang akan kami buat untuk akhir bulan. Saya belum siap untuk keluar dari zona nyaman saya sendiri untuk beradaptasi dengan keinginan sang target market, berbentuk sebuah iklan cetak yang akan dipasang di salah satu majalah kenamaan di Yk.




Mungkin sudah waktunnya kami keluar dan melihat langsung ke realitannya, engga cuma berangkat dari rasionalitas semata.


***



Sambil menulis postingan ini saya disindir playlist di iPod saya, lagu dari Death Cab for Cutie dengan judul I will Posses your Heart yang sukses membuat saya tersedak teh tawar hangat yang sedang saya minum.



"...How I wish you could see the potential,
the potential of you and me
It's like a book elegantly bound,
but in a language that you can't read just yet..."



Lagu ini nyidir banget. Saya tahu brand ini potensial tapi kalau kita bicara sama dia dengan bahasa yang engga pas ya bakalan salah arah juga. Kata dosen saya, kita betul-betul harus mengibaratkan si brand ini sebagai pacar posesif yang harus kita ngertiin (dan nindas kita untuk tidak terlibat di ego kita, awwwkeh -,-)


Mungkin memang sudah waktunnya untuk berubah dan ngebunglon di keadaan, haus darah dan more suffer untuk mengebalkan segala kelembekkan ide dikepala ini! Kalau kata Kelly Clarkson sih, What doesn't kill you makes you stronger and now im working with this.



disisi lain saya mulai nyaman untuk menulis postingan selama #31harimenulis berurutan, ini sudah mulai memasukki hari ke 29 dan menyadari semuannya akan segera berakhir :"



Goodluck team #deADline




No comments:

Post a Comment