Saya kadang cukup penasaran kenapa seseorang itu bisa cocok banget sama seseorang dan bisa ribut banget sama orang yang sama pula. Kadang dia sweet banget bahkan engga lama kemudian mengumpat dengan dasyatnya. Semakin lama mereka ribut berantem sampai engga kehitung lagi sama waktu, mereka merelakan saja, karena hal itu sudah lumrah.
Mungkin itu yang dinamakan kompromi.
Misal, saya eneg setengah mati sama seorang cewek dengan inisial D yang ‘selalu’ gentayangan didekat pacar saya ketika mood saya sedang engga baik. Endingnya, ribut pasti sama pacar saya. Lama-lama udah males ngomongin si jeng D. Itu bukan kompromi ding itu ngalah biar engga ribut berkepanjangan -___-
Ayah dan ibu saya itu yang keren. Berantem 5 menit terus ngobrol unyu-unyu, bercandaan. Itu kan ajaib. Sementara saya, harus ada yang ngalah dulu. Hubungan itu emang preketek sekali ketika sampai di fase ‘berantem’.
Kompromi diantara kita masih ditahan ego masing-masing (ya.. namanya anak muda). Jujur, saya engga tau dimana porsi kompromi yang sesuai. ya itu tadi, ego masing-masing masih menang. Semua mengelak untuk menjadi paling benar dan engga mau disalahin.
Hubungan itu belajar. Belajar dari diri sendiri dulu. Ibarat lagi nabok. Taboklah diri sendiri dulu, biar tau gimana rasannya, posisi tangan yang tepat setelah tau, baru nabok orang lain hahaha. Intinya, engga ada intinya sih, kompromi itu terbangun dibawah alam bawah sadar kita semua kok. Naluriah. Komrpomi itu bisa dari diri sendiri maupun orang lain.
Kompromi. Engga berarti ngalah juga.
Kompromi menurut saya, saling mengerti (tho relationship is very confusing somehow)
Selamat malam :)
No comments:
Post a Comment